Bismillahirrahmanirrahiim,
Bagi warga muslim Amerika mungkin tidak asing dengan prangko ini. Dengan latar belakang biru, prangko mungil ini tertulis kaligrafi “Eid Mubarak” berwarna keemasan. Sungguh indah bagi yang bisa membaca. Namun tidak untuk sebagian besar penduduk Amerika yang asing dengan kaligrafi. Prangko ini memang sempat membuat bangga. Namun, kehadirannya seolah “tidak dalam waktu yang tepat” membuat prangko ini akhirnya dilupakan!
Alkisah, tepat sepuluh hari sebelum peristiwa 11/9 yang cukup mencengangkan, prangko ini resmi diluncurkan. Tentu sebuah peristiwa bersejarah bagi warga muslim Amerika, di mana seolah komunitas mereka mulai diperhitungkan publik. United States Postal Services (Layanan Pos Amerika, seperti halnya Pos Indonesia) akhirnya mengabulkan pembuatan prangko edisi Eid. Eid Stamp, begitu perangko ini disebut. Prangko ini nantinya dipergunakan untuk kirim-mengirim surat khususnya pada perayaan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
“Ini adalah kebanggaan tersendiri untuk Layanan Pos, komunitas Islam, dan Amerika secara umum karena kita telah mengeluarkan prangko untuk memperingati dua perayaan penting Islam,” kata pejabat Layanan Pos dalam peresmian prangko.
Konon, kehadiran prangko ini juga memerlukan perjuangan yang melelahkan. Di mulai 1996, organisasi Islam mengajukan surat permintaan ke United States Postal Services. Tentu saja ini bukan hal mudah, karena menurut Layanan Pos, ada banyak sekali permintaan yang masuk untuk dibuatkan sebagai seri baru. Permintaan untuk setiap tahun saja bahkan mencapai 2000 lebih! Dan ini membuat ciut peluang untuk dikabulkan.Akhirnya, pada tanggal 1 September 2001, prangko dambaan itu resmi diluncurkan. Eid Mubarak. Di desain oleh Muhammad Zakariya, seorang kaligrafer kelahiran Ventura, California.
Para muslim Amerika berbangga. Tidak hanya grosir islam, halal meat, internet store, tetapi masjid dan lembaga islam berlomba-lomba menjual prangko edisi Eid ini. Saking bangganya, beberapa muslim bahkan berikrar akan menggunakan prangko ini selamanya.
Sepuluh hari kemudian, peristiwa 9/11 mengguncang. Dampak buruk serangan teroris itu juga menjalar ke prangko kesayangan. Seolah ketakutan dengan atribut Islam, para muslim Amerika juga enggan menampakkan keislaman mereka, walau hanya lewat prangko. Kalau warga muslim saja enggan, bagaimana dengan warga nonmuslim?
Prangko ini memang kurang familiar di “negeri asing” itu, pada akhirnya. Tidak hanya dilupakan, sebagaian warga Amerika juga tidak tahu akan edisi ini. Warga muslim banyak kesulitan mencari di pos pinggiran. Meski selama tiga tahun setelahnya masih ada, namun prangko ini terancam “tidak diperpanjang”.
Bagaimana pula dengan kita, sudahkah kita peduli dengan prangko-prangko bertemakan islam ?!?!
(Sumber : http://www.panduankaligrafi.com)