masa depan perjuangan syariah

Masa Depan Perjuangan Syariah

Sebagai Partai Islam yang Berkemajuan Perjuangan Syariah tetap menjadi ruh dan starting point / landasan bagi perjuangan partai. Perjuangan ini hakikatnya adalah perjuangan dari generasi ke generasi yang api dan gelora semangatnya tak akan padam [...]
klaim budaya oleh malaysia

Klaim Budaya Berulang, Tindak Tegas Malaysia

Pemerintah bisa bersikap lebih keras dengan menarik Duta Besar Indonesia di Malaysia. “Atau sebaliknya. Jika pemerintah mampu bersikap tegas, menurut Yusron, Malaysia akan lebih menghormati Indonesia [...]
next masyumi

The Next Masyumi Bagian 2

Jejak Panjang Perjuangan Masyumi untuk ummat dan bangsa tidak bisa begitu saja dihapuskan , Ia lahir dari ide besar Islamic Modernization, sebagai partai ia bisa dibubarkan tetapi sebagai ide besar ia akan tetap muncul dalam bentuk yang lain. [...]
jejak kyai kuning

Jejak Kyai Kuning dalam Syiar Islam Nusantara

Dari Demaklah cita - cita Kyai Kuning untuk penyebaran dan pengembangan Syiar Islam dimulai dan Dari Demaklah Kebangkitan Islam pada mulanya disuarakan dan diperjuangkan hingga ke penjuru nusantara[...]

30 Juni 2008

Sekilas Partai Bulan Bintang, Profil PBB di Youtube

Bismillahirrahmanirrahiim








Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua

(Posting oleh Badrut Tamam Gaffas)

23 Juni 2008

Quo Vadis Amien Rais (Umat Islam Niscaya Tidak akan Mendukungmu Lagi !!!)


Ditulis Oleh : Ahmad Sumargono, S.E, M.M



(Deklarator Partai Bulan Bintang, Ketua GPMI, Kandidat Doktor Ilmu Pemerintahan UNPAD)





Pernyataaan Amien Rais dalam wawancara dengan majalah Tempo 4 Mei 2008 bertajuk : Ahmadiyah Punya Hak Hidup untuk kesekian kalinya membuat saya terperangah. Dengan semangat membela Ahmadiyah Amien Rais berkata, “Saya mencium ada kelompok siluman yang melakukan semacam operasi intelejen untuk memeperkeruh suasana, menghancurkan ketenangan masyarakat.” Tuduhan itu bukan alang kepalang daya pressurenya, karena di ketahui bersama bahwa komponen umat Islam terbesar, atau Islam mainstream di negeri ini inilah yang justru berada di balik protes-protes keras pembubaran Ahmadiyah. Wabil khusus tentu saja MUI ( Majelis Ulama Indonesia) yang telah dua kali mengeluarkan fatwa tegas bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat dan menyesatkan.



Amien Rais menyetarakan protes-protes Ahmadiyah itu dengan konflik Islam-Kristen di Ambon . kata Amien Rais , “Sebelumnya tidak pernah ada konflik Islam-Kristen di sana, tiba-tiba muncul.” Amien Rais sama sekali tidak menyebutkan akar masalah inti konflik horizontal Islam-Kristen di Ambon itu, jelas-jelas terjadi karena di mulai pertamakali dengan peristiwa penyerangan pihak Kristen terhadap kelompok Islam. Umat Islam yang baru saja merayakan Idul Fitri tiba-tiba saja di serang, di serbu, di bantai secara membabi buta. Ketika konflik berlarut-larut, umat Islam makin tersudut dan terus menerus di bantai, datanglah bala bantuan dari Laskar Jihad pimpinan Ust Jafar Umar Thalib. Posisi pun berubah, umat Islam bahkan banyak memenangkan peperangan dalam berbagai front yang ada di Ambon dan sekitarnya.


Dalam posisi umat Islam di atas angin, Amien Rais sepulang dari kunjungan ke AS (1999), tiba-tiba membuat pernyataan yang amat mengejutkan, yakni : Mengundang Pasukan asing semacam Pasukan Perdamaian PBB agar masuk ke Ambon. Ide ketua Muhammadiyah ( ketika itu) sungguh aneh. Pulang dari Amerika Serikat mendadak sontak mempunyai pemikiran yang sarat anasir aspirasi di luar Islam. Bisa di bayangkan jika benar-benar pasukan asing didatangkan ke Ambon, bisa jadi sampai hari ini konflik di Ambon akan terus berkobar.



Sikap Amien Rais yang sering kontroversial dalam setiap pernyataannya itu memang sangat menarik perhatian pers juga publik yang membacanya. Tulisan-tulisan Amien Rais yang merinci masalah Tambang di Busang juga Freeport, (1997) di elu-elukan masyarakat khususnya Islam. Dengan angka-angka yang amat gamblang Amien Rais membongkar ketidakadilan kontrak karya di Busang dan Freeport. Amien Rais menyebutkan lokasi tambang emas Freeport kini menjadi kubangan raksasa berupa danau. Seluruh isinya, gunung emas sudah pindah ke Amerika Serikat. Sikap kritis Amien Rais yang pro rakyat dan sebaliknya dengan berani menghantam rezim Soeharto, telah melambungkan nama Amien Rais menjadi pahlawan baru. Saya sendiri sejak awal sangat bersahabat dan bersimpati kepada Amien Rais karena itu ketika Amien Rais semakin melambung namanya karena sikap kritisnya kepada rezim Soeharto, hal ini telah membuat rezim Soeharto berang dan dan merekayasa agar Amien Rais di copot jabatannya sebagai Ketua Dewan Pakar ICMI.Habibie pun ikut menekan agar Amien Rais mundur. Di sini, saya membela posisi Amien Rais dan menulis duduk masalahnya secara gamblang di harian KOMPAS, “Amien Rais dan masa depan ICMI” ( KOMPAS 24 Februari 1997). Tetapi bersamaan dengan waktu yang terus berjalan dengan jatuhnya rezim Soeharto, sepak terjang Amien Rais terus bermunculan yang “aneh” buat saya. Karena sikapnya dalam konflik Islam-Kristen di Ambon, ingin mendatangkan pasukan asing , semacam Pasukan Perdamaian PBB itu. Adian Husaini menulis buku berjudul : Amien Rais dan Amerika Serikat, yang sarat kritik pedas. Buku yang amat gamblang membedah penampilan Amien Rais yang justru konsisten “mengabdi” kepada kepentingan asing, hal ini tidak pernah di jawab oleh Amien Rais.




Sikap Amien Rais di hari-hari “musim semi” umat Islam membentuk partai politik Islam pasca lengsernya Presiden Soeharto, sekitar Juni-Juli 1998, kembali pilihan dan sikap Amien Rais menjadi tanda tanya besar buat saya. Ketika itu saya dan tokoh-tokoh Islam lainnya sibuk pula mempersiapkan partai Islam penerus Masyumi yang kemudian menjadi partai Bulan Bintang sekarang. Sususnan pengurus DPP (sementara) sudah sepakat di tentukan melalui rapat-rapat di kediaman Bapak HM Cholil Badawi dan DR. Anwar Haryono SH. Di Ketua umum pun di se pakati akan duduk Yusril Ihza Mahendra. Namun tatkala Amien Rais bertandang kerumah Pak Anwar Haryono, Juli 1998 di tawarkanlah agar Amien Rais mau duduk sebagai Ketua Umum Partai Bulan Bintang. Amien Rais pun dengan mantap menyanggupi tawaran itu, Sdr Yusril pun ( saat itu sedang berada di Banyuwangi Jawa Timur) langsung di telepon dan siap posisinya di gantikan Amien Rais dan Yusril duduk sebagai Sekjen. Adegan mengharukan pun tercipta. Semua yang hadir larut dalam tangis dan saling peluk, di mana Amien Rais pun memeluk dan di peluk Anwar Haryono yang hanya bisa duduk di kursi roda karena mengidap stroke. Semua orang menjadi lega terutama Anwar Haryono yang di kenal sebagai juru bicara Masyumi setelah partai ini di paksa bubar oleh rezim Soekarno pada tahun 1960. Acara di tutup dengan doa bersama untuk kesukesan partai penerus Masyumi itu. Selanjutnya Amien Rais pun pamit segera pulang karena hari itu adalah hari Jumat dan harus segera pulang melaksanakan sholat Jumat di kantor pusat PP Muhammadiyah di Menteng Raya 62 Jakarta.Kejadian yang amat dramatis itu terjadi hanya beberapa jam saja setelah adegan pelukan -pelukan yang mengaharukan di rumah Bapak Anwar Haryono. Amien Rais tiba-tiba muncul di layar televise seusai sholat Jumat di kantor PP Muhammadiyah. Ketika wartawan menanyakan, apakah Pak Amien Rais mantap akan memimpin partai Bulan Bintang, Amien Rais menjawab, “ Saya akan mendirikan partai lain yang lebih terbuka . Bagi saya partai seperti Partai Bulan Bintang ibarat baju akan “kesesakan” jika saya “pakai”, pernyataan ini kini di catat sejarah menjadi pendirian seorang Amien Rais. Ia kemudian memprakarsai berdirinya PAN (Partai Amanat Nasional) bersama-sama Goenawan Mohammad , Albert Hasibuan dll. Platform partai pun di kabarkan di siapkan orang-orang Goenawan Mohammad, walau bos Kelompok Tempo ini tak lama setelah PAN berdiri justru meninggalkan PAN.



Bela Ahmadiyah


kembali ke pernyataan Amien Rais soal Ahmadiyah di awal artikel ini. Seharusnya saya tidak perlu terkejut karena sudah memiliki catatan historis tentang Amien Rais. Komentarnya terhadap FUI (Forum Umat Islam) memang menyakitkan. FUI di tuduh sebagai organisasi siluman. Padahal FUI ini merupakan gabungan lebih dari 50 ormas Islam termasuk Muhammadiyah berada di dalamnya. Saya tahu bahwa Amien Rais tahu persis personel di tubuh FUI yang tak lain adalah justru para sahabatnya sendiri yang pada tahun 2004 lalu justru mendukungnya maju sebagai Capres.


Di tengah keraguan dan track record Amien Rais yang kelabu itu, toh Amien Rais tetap di jagokan seluruh Komponen politik Islam, PKS juga tokoh-tokoh Islam, misalnya KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafii (Tokoh ulama Betawi kharismatik yang kini menjadi pimpinan FUI). Walau demikian menjadi gamblang pula, potret Amien Rais yang hari ini bisa tampak sangat melawan Amerika Serikat, namun nanti sore dia sangat membela kepentingan Paman Sam. Kata ungkapan Jawa: “Isuk Dele Sore Tempe” (Pagi masih berupa Kedelai dan sore hari sudah berubah menjadi tempe).


Saya teringat pada sebuah diskusi di Universitas Trisakti awal 1980-an sepulang Amien Rais dan Nurcholis Madjid dari studi di Chicago University. Sikap Nurcholis Madjid yang cenderung ingin mencari selamat itu di sindir Amien Rais dengan menyitir anekdot Kyai, Ular dan Kodok. Cerita Amien Rais di sambut dengan gelak tawa yang meledak. Karena sikap kyai yang sangat plin plan itu di lekatkan ke tubuh Nurcholis Madjid dengan sangat jitu. Kini saya bisa memastikan bahwa sikap kyai seperti itu ternyata juga melekat di tubuh Amien Rais.


Sebagai mubaligh yang hampir setiap hari menghampiri umat dan masyarakat luas di tingkat grass roots, saya kini acapkali di sergap pertanyaan jamaah yang awam “Bagaimana kabar pak Amien Rais? Menurut rakyat awam, kehancuran bangsa Indonesia saat ini mutlak menjadi tanggung jawab Amien Rais. Sikapnya yang jelas-jelas plin plan dan tidak konsisten bahkan membawakan agenda asing (seperti sikapnya mengenai masalah Ahmadiyah) kini terbuka dengan senyata-nyatanya. Kini menjadi pertanyaan besar :


Ada Apa sebenarnya Amien Rais dengan Ahmadiyah?



Sebuah dokumen awal reformasi niscaya bisa membantu kita. Amien Rais saat menjabat sebagai ketua MPR-RI, pada 22 April 2000 pernah menerima kunjungan Kholifah Ahmadiyah Mirza Thahir Ahmad. Kunjungan pemimpin Ahmadiyah ini di atur oleh Dawam Raharjo, dalam kapasitas sebagai salah-satu pimpinan Muhammadiyah. Mirza Thahir sempat berkunjung ke berbagai kota di Jawa dan mengumumkan pencanangan Indonesia (menjadi) Pusat Ahmadiyah di dunia. Di Yogya Mirza juga mengumumkan hendak membuka Perkampungan Islam Internasional degan lahan seluas 500 hektar bekerjasama dengan Sri Sultan Hamengkubuwono. Ketika itu, foto Amien Rais saat menerima kunjungan cicit Mirza Ghulam Ahmad ini di muat hampir seluruh media massa baik cetak dan elektronik. Kunjungan ini pun sempat di protes oleh kelompok Khatamunnubuwwah dari Pakistan yang sengaja mengirimkan 50 orang utusannya ke Indonesia untuk memprotes PP Muhammadiyah yang telah menjalin kerjasama dengan Ahmadiyah/ Mirza Thahir Ahmad. Dari balik cerita ini bisa di duga mengapa Amien Rais begitu membela Ahmadiyah.


Quo Vadis Amien Rais. (Umat Islam Niscaya Tidak akan Mendukungmu Lagi !!!).



Wallahu’alam bissawab.


'(Sumber : Tabloid Suara Islam, Juni 2008)'

14 Juni 2008

Partai Bulan Bintang dan Masa Depan Perjuangan Syariah di Indonesia

Bismillahirrahmanirrahiim,
Sebagai Partai Islam yang lahir setelah Reformasi Partai Bulan Bintang tidak pernah sedikitpun menyurutkan langkah Perjuangan Penegakan Syariat Islam melalui Jalur yang Konstitusional melalui perjuangan Politik yang Islami, berkemajuan dan bermartabat. Sesungguhnya agenda Perjuangan Partai Bulan Bintang melingkupi keseluruhan aspek dalam dimensi pembangunan bangsa namun tidak bisa dipungkiri bahwa sebagai Partai Islam yang Berkemajuan Perjuangan Syariah tetap menjadi ruh dan starting point / landasan bagi perjuangan partai.

Perjuangan dari generasi ke generasi
Perjuangan ini hakikatnya adalah perjuangan dari generasi ke generasi yang api dan gelora semangatnya tak akan padam, sejak hasil pemilu 1999 wakil - wakil Partai Bulan Bintang di parlemen giat menyuarakan tuntutan amandemen Pasal 29 yang dalam konteks kesejarahan sejatinya memperjuangkan Hak Ummat Islam sebagaimana amanat PIAGAM JAKARTA yang merupakan hasil Kompromi The Founding father dalam proses panjang Mempersiapkan Dasar Negara Indonesia Merdeka.
Perjuangan di parlemen kandas semata-mata karena PBB di parlemen “tengah menghadapi sebuah tembok yang belum bisa dirobohkan” (Pidato KH Najih Ahjad dalam Pendapat Akhir Fraksi PBB di PBB dalam pembahasan amandemen pasal 29), dan posisi PBB saat ini masih tetap berdiri tegak dihadapan tembok tersebut menunggu saat untuk dapat merobohkannya.

Keberhasilan yang tertunda diparlemen menjadi inspirasi untuk mendorong Penegakan Syariat dalam wilayah yang terbatas utamanya daerah yang memang memiliki akar keislaman kuat dalam sisi sejarah dan budaya masyarakatnya seperti di Aceh, Banten, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan. Dukungan MUI dan ormas islam lainnya seperti MMI, HTI, KPPSI dan ormas pendukung lainnya berhasil menyerap aspirasi masyarakat hingga lahirnya Produk Hukum dalam bentuk Perda yang bernuansa Syariat Islam yang dikenal sebagai Perda Syariah.
Perda Syariah inilah yang menjadi katalis bagi Partai Bulan Bintang dan Gerakan Islam Syariah lainnya untuk tetap teguh memperjuangkan syariah di Bumi Nusantara tercinta.

Periode - periode Inspirasi
Dalam Periode yang tidak singkat para pejuang Islam yang berpolitik melalui wadah Partai Masyumi pasca raihan suara yang besar pada Pemilu tahun 1955, istiqomah memperjuangkan Hak Ummat Islam melalui Konstituante dengan perdebatan - perdebatan yang alot hingga berakhir dead lock hingga Konstituante itupun dibubarkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit 5 Juli 1959 dengan klausulnya yang terkenal “Kembali ke UUD 1945 yang dijiwai oleh PIAGAM JAKARTA”, sekilas ummat Islam menemukan celah bagi mempejuangkan kembali hak-haknya namun pasca Dekrit tersebut Pemerintahan menjadi terpimpin dan dalam koalisi Nasakom bentukan Soekarno Masyumi kian terpinggirkan diluar kekuasaan hingga akhirnya mengalami berbagai tekanan dan fitnahan bahkan beberapa petinggi Masyumi ditahan tanpa proses peradilan hingga puncaknya Partai Masyumi bubar untuk waktu yang tidak ditentukan, selebihnya yang tersisa adalah wadah keluarga besar bulan bintang yang bertebaran, bergiat di berbagai bidang pembangunan laksana cendawan yang tumbuh berkembang dimanapun dan dengan media apapun.

Menjelang berakhirnya orde baru rel perjuangan politik keluarga besar bulan bintang berpindah ke medan pergerakan dakwah dengan terbentuknya Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yang berjuang membina kader dakwah hingga ke pelosok nusantara, hingga kini Dewan Dakwah berhasil menjadi inspirasi lahirnya berbagai organisasi dakwah dan sosial, salah satunya yang fokus pada pembinaan dan pengembangan mental, Iman dan Taqwa Generasi Muda bangsa adalah BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia) dengan serangkaian kegiatan yang luas berskala nasional seperti Festival Anak Sholeh Indonesia (FASI).

Partai Bulan Bintang Kamilah Pendukungmu
Hari lahirnya Pancasila seharusnya dijadikan momentum untuk mengurai kembali peristiwa demi peristiwa yang melahirkan dasar negara indonesia merdeka tersebut, faktanya ketika Indonesia diproklamirkan 17 Agustus 1945, Pada Preambule / Mukaddimah UUD 1945 saat itu masih tercantum tujuh kata dalam Piagam Jakarta “Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi para pemeluknya” yang baru keesokan harinya 18 Agustus 1945 di ganti dengan tiga kata “Yang Maha Esa”.

Jika Mengingat sejarah diatas sesungguhnya maka sudah saatnya kita bersama - sama bangkit dan berseru lantang “Partai Bulan Bintang, Kamilah Pendukungmu” sebagaimana seruan Buya Hamka pada kalimat terakhir Puisi yang khusus ditulis untuk Buya Mohammad Natsir pada saat Sidang Konstituante memperjuangkan tegaknya syariah dalam konstitusi.

Kepada Saudaraku M. Natsir

Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga benar
Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa
Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail berdiri sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberimu tenaga
Suka dan duka kita hadapiSuaramu wahai Natsir, suara kaum-mu
Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi
Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama-sama
Untuk menuntut Ridha Ilahi
Dan aku pun masukkan Dalam daftarmu …….!

Sekian dan Wassalam (Badrut Tamam Gaffas untuk Bulan Bintang Media)

11 Juni 2008

Partai Bulan Bintang Perkuat Basis Massa di Pesantren, Solidkan Peran Ulama untuk menggerakkan dan membesarkan Partai



Sejuknya udara perbukitan beradu dengan jalanan terjal berbatu-batu, sesekali tampak atribut Partai Bulan Bintang menghias pepohonan disepanjang rute menuju Pondok Pesantren Raudlatul Ulum - Patemon, tempat berlangsungnya Forum Silaturrahim Ulama dan Tokoh Masyarakat se Kabupaten Jember. Moment strategis yang diprakarsai oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Bulan Bintang Kabupaten Jember ini dimaksudkan sebagai ajang konsolidasi internal partai menjelang Pemilu 2009 juga seiring menghangatnya iklim politik di Jawa Timur mendekati pelaksanaan Pilkada langsung baik Pilgub maupun Pilbup dibeberapa Kabupaten seperti di tempat kami Kabupaten Lumajang dimana pasangan SA’AT (Dr. H Sjahrazad Masdar, MA – KH As’at Malik) yang Didukung oleh Partai Bulan Bintang sedang berikhtiar untuk Memenangkan Pilkada pada 23 Juli 2008 mendatang.


 


Saya bersama dua orang perwakilan DPC PBB Kab. Lumajang (Gugus Sucahyo W dan M Fathkur) selanjutnya bergabung dalam forum tersebut , karena terlambat kami tidak sempat mengikuti Tausyiah dari Para Kyai / Ulama yang hadir pada forum tersebut, saat kami datang H. Tamat Anshori baru saja naik mimbar memberikan pandangan sekilas pokok - pokok perjuangan partai, ketua Dewan Pengurus Wilayah PBB Jatim itu menegaskan pentingnya semua komponen partai merapatkan barisan, membulatkan tekad dan semangat dalam memperjuangan aspirasi politik ummat Islam. Insiden monas sesungguhnya adalah rekayasa dari kekuatan anti politik islam untuk menggerus kekuatan ummat Islam melalui tuntutan pembubaran FPI serta berupaya mengalihkan perhatian dari kuatnya tuntutan Pembubaran Ahmadiyah.


 


Revitalisasi Peran Ulama dan Tokoh Masyarakat


Sebagian besar masyarakat menghendaki PBB tetap konsisten dengan perjuangan penegakan syariah, di beberapa daerah PBB bersama komponen ummat Islam lainnya berhasil memperjuangkan lahirnya Perda Syariat. Di Jawa Timur baru Pamekasan yang berhasil menyusun dan mengesahkan Perda yang bernuansa Syariah, langkah tersebut menjadi lebih mudah karena Partai Bulan Bintang di Pamekasan mempunyai Fraksi sendiri serta didukung oleh para Kyai dan Ulama setempat. Karena itu H Tamat Anshori menggarisbawahi pentingnya memperkuat Peran Kyai, Ulama dan Tokoh Masyarakat dalam membesarkan Partai. Dalam setiap proses pengambilan keputusan, Partai hendaknya berkonsultasi dan meminta Tausyiah kepada elemen - elemen tersebut. Sedangkan dalam penjaringan Pengurus dan Calon Legislatif, Partai bersikap terbuka dan membuka diri seluas – luasnya, Jika ada figur di luar kader partai yang dinilai mampu dalam memperjuangkan visi dan misi PBB maka ia bisa direkrut dan berhak dicaleg-kan oleh PBB.


Pak Tamat memberikan tiga formula yang bisa menjadi acuan kriteria bagi calon legislatif Partai yakni figur yang memiliki 3 hal yakni P (Prestasi), B (Bobot alias Kualitas) dan B (Bersih Akhlak dan Aqidahnya)


 


Senada dengan H. Tamat Anshori, Bang Hamdan Zoelva yang menjadi pembicara terakhir juga menegaskan pentingnya back up dari Kyai, Ulama, Tuan Guru dan Tokoh Masyarakat. Pemilu 2009 sangat menentukan bagi keberlanjutan perjuangan partai di masa yang akan datang karena itu Semua Jajaran Partai baik Pengurus, kader dan Keluarga Besar Bulan Bintang harus bergerak dan berjuang secara sungguh - sungguh dan All Out dalam membesarkan partai.


 


Perjuangan dari generasi ke genarasi


Bang Hamdan menggambarkan beberapa episode perjuangan ummat Islam Indonesia mulai dari kebangkitan para pedagang nusantara yang beragama islam dan mendirikan SDI pada tahun 1905 yang kemudian berganti nama menjadi Syarikat Islam (SI) hingga Lahirnya satu wadah partai Islam MASJUMI yang kemudian dibubarkan pada masa Demokrasi Terpimpin Soekarno.


 


Partai Bulan Bintang merupakan penerus perjuangan Partai Masyumi yang lahir di era reformasi, PBB dideklarasikan oleh 22 Ormas Islam termasuk didalamnya (NU, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, dll). Dalam Partai inilah keberagamam praktek kefiqihan masing – masing Ormas Islam (NU, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, dll) diikat dalam satu perjuangan politik.


Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 sesungguhnya merupakan kompromi politik antara Golongan Islam dan Golongan Nasionalis pada saat merumuskan Dasar Negara Indonesia Merdeka, didalamnya tekandung 7 kata yang menjadi Hak Ummat Islam yakni Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Para Pemeluknya, hak inilah yang diperjuangkan oleh Masjumi dalam Sidang – sidang Konstituante yang berakhir dead lock sehingga Presiden Soekarno membubarkan Konstituante melalui Dekrit 5 Juli 1959 dan menyatakan kembali kepada UUD 1945 yang dijiwai oleh Piagam Jakarta.


 


Jika menelusuri sejarah panjang perjuangan ummat Islam Indonesia sesungguhnya apa yang diperjuangkan PBB saat ini hakikatnya adalah melanjutkan perjuangan dari orang tua, kakek nenek dan buyut kita. Perjuangan Penegakan Syariat Islam ini menjadi ruh yang senantiasa melandasi gerak perjuangan keluarga besar Bulan Bintang dari generasi ke generasi.


 


Pepatah “Berdiri di hadapan sebuah Tembok”


Bang Hamdan Zoelva menggambarkan alotnya perjuangan Partai Bulan Bintang pada SU MPR 2002 dalam meng-golkan amandemen Pasal 29, meski sementara kandas di parlemen namun Bang Hamdan merasa terkesan dengan Pendapat Akhir Fraski Partai Bulan Bintang yang dibacakan oleh KH Najih Ahjad yakni kalimat perumpamaan “Saat ini kita tengah berdiri dihadapan sebuah tembok yang belum bisa kita robohkan” .


Bang Hamdan menegaskan betapa saat ini posisi Partai Bulan Bintang masih berdiri kokoh dihadapan tembok itu menunggu saat yang tepat untuk bisa merobohkannya.


 


Pertanyaannya kini adalah Seberapa siapkah kita untuk merobohkannya ?!?! …Wallahu A’lam


 


"(Ditulis oleh Badrut Tamam Gaffas, Patemon 7 Juni 2008)"

Template by : Kendhin @ 2 0 0 9